Bayer Animal Health terus berinovasi untuk memberikan pilihan
terbaik kepada Industri Perunggasan dalam berkontribusi pada kesehatan
rantai pangan manusia.
Bekerjasama dengan PT SHS International, PT Bayer Indonesia (Bayer)
meluncurkan produk teranyarnya berupa alternatif pengganti AGP
(Antibiotic Growth Promoter) di acara Launching Symposium Baymix Grobig
di bawah bendera Bayer Poultry Academy 2017. Acara yang dihadiri sekitar
120 peserta yang berasal dari pelaku feedmill dan peternak ini digelar
di Aston Sentul Lake Resort & Conference Center, Bogor (22/4/17).
Mengangkat tema “AGP Dicabut? Siapa Takut” peluncuran dirangkai dengan
seminar yang mengupas tentang tantangan industri perunggasan pasca bebas
AGP, disertai dengan kiat-kiat yang perlu dilakukan untuk menjaga
kesehatan dan integritas saluran cerna ternak unggas. “Peran industri
perunggasan saat ini tidak hanya menyediakan rantai pangan protein
hewani yang sehat bagi manusia, akan tetapi juga dapat menyediakan
rantai pangan yang murah serta mudah dijangkau untuk seluruh lapisan
masyarakat,” ungkap Nisha Sharma, Country Head Bayer Animal Health
Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Ditambahkan Nisha, sejak berhembusnya isu pelarangan penggunaan AGP
dalam pakan unggas oleh pemerintah, maka kalangan industri peternakan
unggas mendapat tantangan lebih besar dalam menjaga kesehatan dan
integritas saluran cerna unggas. Pasalnya,hal itu menjadi prioritas
utama dalam rangka mencapai efisiensi konversi pakan (FCR) yang baik
serta keberlanjutan peternakan.
Di kesempatan yang sama, Marketing Manager PT SHS International, Maria
Elizabeth mengatakan, penggunaan antibiotik di industri peternakan yang
sangat masif terutama diarahkan untuk pencapaian performa terbaik dan
meningkatkan keuntungan secara ekonomi ternyata telah menimbulkan efek
samping resistensi mikroba. “Pemerintah Indonesia sangat serius dalam
menyikapi isu ini, dengan berencana melarang penggunaan AGP mulai 2018.
Melalui seminar ini diharapkan kita memperoleh informasi bagaimana cara
menjalankan bisnis peternakan untuk menghasilkan protein hewani yang
sehat tanpa menggunakan antibiotik,” terangnya.
Pelarangan AGP
Prof Dr Ir Budi Tangendjaja, pakar nutrisi pakan dari Balitnak (Balai
Penelitian Ternak) Ciawi menyampaikan bahwa penggunaan antibiotik pada
produksi ternak untuk terapetik dan pemacu pertumbuhan. Antibiotik yang
berfungsi sebagai terapetik terserap dengan baik oleh tubuh ayam.
Sedangkan antibiotik sebagai pemacu pertumbuhan (AGP) tidak terserap
dengan baik dan keluar lagi dari tubuh ayam.
Cara kerja AGP menurut Budi adalah dengan menekan infeksi sedang,
mengurangi produksi racun, mengurangi stres kekebalan, mengurangi
produksi amonia, dan sebagainya. “Secara keilmuan penggunaan AGP dinilai
berhasil dan memperbaiki nilai FCR,” terang Budi.
WHO telah melarang penggunaan AGP yang termasuk dalam kelas yang sama
dengan pemakaian pada manusia. FAO juga menyatakan penggunaan antibiotik
menjadi ancaman bagi manusia karena mikroba yang harusnya dapat dibunuh
dengan antibiotik ternyata tidak mati. Antibiotik tidak mempan lagi
untuk mengobati manusia. Untuk itu, FAO menggagas action plan (rencana
aksi) untuk menyelamatkan manusia, diantaranya dengan pencarian
alternatif pengganti dan mengurangi pemakaian antibiotik.
“Pemerintah Indonesia juga akan mengeluarkan peraturan melarang
penggunaan hormon tertentu dan antibiotik dalam pakan, kecuali untuk
pengobatan. Pelarangan ini tentunya dapat berdampak pada produksi dan
produktivitas yang menurun, biaya pengobatan meningkat, dan ongkos
produksi pun meningkat,” jelas Budi.
Untuk mengatasi pelarangan tersebut, dijelaskan Budi, imbuhan pakan
dapat digunakan sebagai alternatif pengganti AGP seperti probiotik,
asam organik (ie butirat), fitogenik (ekstrak tanaman), enzim NSP, dan
copper.
Sementara itu, Prof drh Bambang Pontjo Priosoeryanto dari Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor menjelaskan mengenai ancaman
kesehatan saluran cerna di era bebas AGP. “Saluran pencernaan ayam
merupakan sistem tubuh yang berhubungan dengan dunia luar. Sangat
berpotensi terpapar dengan mikroba dan bahan toksik. Kesehatan saluran
cerna adalah kunci untuk meningkatkan performa ternak,” tandasnya.
Ia mengatakan, penyebab gangguan saluran cerna pada ayam dapat berupa
non infeksius dan infeksius. Non infeksius dapat disebabkan oleh pakan
dan manajemen, sedangkan yang infeksius dapat berasal dari virus,
bakteri jamur, jamur, dan parasit. Contohnya adalah Nekrotik Enteritis
(NE), disebabkan oleh bakteri Clostridium perfringens terutama tipe A
dan B. Toksin yang dihasilkan akan merusak usus halus, hati, dan
menyebabkan kematian ayam. Menurutnya, apabila AGP dilarang digunakan
dalam pakan, maka penyakit yang menjadi ancaman utama kesehatan
pencernaan unggas adalah Necrotic Enteritis (NE). Saat ini AGP yang
beredar di pasaran didominasi oleh antibiotik dengan indikasi untuk
mencegah infeksi bakteri gram positif khususnya Clostridium perfringens.
“Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah melalui biosekuriti yang
baik, meningkatkan resistensi ayam dari penyakit salah satunya dengan
cara vaksinasi, memberikan pakan yang berkualitas, serta pengobatan yang
cepat dan tepat,” saran Bambang.
Baymix® Grobig BSTM
Bayer sebagai perusahaan yang sudah berusia lebih dari 150 tahun
menjawab tantangan pelarangan AGP dengan meluncurkan produk terbarunya
yakni Baymix® Grobig BSTM. Dijelaskan Dr Chandrakant Ghotekar, Regional
Species Manager Poultry, Bayer Animal Health Asia – Pasific, produk ini
mengandung spora Bacillus subtilis dengan strain paten QST 713, yang
dipatenkan oleh Bayer sebagai solusi mencegah gangguan integritas usus
yang disebabkan oleh NE, bakteri patogen usus (Salmonella, E. coli, dan
Campylobacter spp), serta potensi resistensi akibat penggunaan AGP
dalam jangka panjang. Perbaikan nilai FCR juga dapat dicapai dengan
Baymix® Grobig BSTM.
“Baymix® Grobig BSTM merupakan produk yang unik karena jumlah
metabolit sekunder berkadar tinggi yang akan membantu mempertahankan
mikroflora yang sehat dan seimbang. Selain itu, produk ini memiliki
aktifitas antimikrobial 3X lebih tinggi dari spesies Bacillus lainnya,”
ungkap pria yang biasa disapa Chandra ini.
Bekerjasama dengan peneliti independen, Bayer menemukan Baymix® Grobig
BSTM sangat konsisten. Hal ini terlihat dari uji pada feeding trials
maupun analisis in vitro terhadap patogen Clostridium, Salmonella, E.
coli, dan Campylobacter spp. Produk ini diproduksi oleh Bayer di bawah
standar yang ketat, dengan jaminan kualitas yang tinggi.
http://www.trobos.com/detail-berita/2017/04/01/85/8698/-kupas-tuntas-solusi-pengganti-agp